SELAIN diekstrak untuk keperluan pembuatan obat herbal, cacing tanah juga dapat diolah menjadi pakan unggas dan pakan ikan (pellet). Mengingat banyaknya peternak unggas dan pembudidaya ikan di Indonesia, pengolahan cacing menjadi bahan pakan ini memiliki prospek cerah.
Di samping kaya protein (50-72 %), cacing tanah juga mengandung
beberapa asam amino yang sangat penting bagi unggas seperti arginin
(10,7 %), tryptophan (4,4 %), dan tyrosin (2,25 %). Ketiga asam amino
ini jarang ditemui pada bahan pakan lainnya.
Oleh karena itu, cacing tanah memiliki potensi baik untuk mengganti tepung ikan dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian sampai 70 persen. Meski demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas disarankan tidak lebih dari 20 % total ransum.
Pemanfaatan cacing tanah untuk ransum unggas relatif mudah. Bisa diberikan dalam bentuk segar, atau dijadikan tepung cacing untuk dicampurkan bersama bahan-bahan penyusun ransum unggas lainnya seperti jagung, dedak, konsentrat, dan sebagainya.
Pellet Ikan
Untuk membuat pellet ikan, bahan-bahan yang dipersiapkan adalah telur ayam yang telah direbus (diambil kuningnya saja), tepung kanji, terigu, dedak, dan tepung cacing. Semua bahan ditimbang, sesuai dengan analisis bahan. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah alat penggiling tepung, alat penggiling daging, dan baskom.
Sebelumnya, kita mesti mengolah dulu cacing segar menjadi tepung. Caranya, cacing segar dipisahkan dari medianya, kemudian dicuci dan dibilas dengan air bersih, serta ditimbang.
Cacing ditebar di atas seng, kemudian dijemur di bawah terik matahari selama sehari. Jika sudah kering, cacing dapat dibuat menjadi tepung dengan menggunakan penggiling tepung. Tepung cacing ditimbang dan siap digunakan.
Jika ingin membuat pellet dengan kadar protein 35%, maka formula ransumnya terdiri atas tepung cacing (47 %), telur ayam (20 %), dedak (18 %), terigu (14 %), dan kanji (1 %). Campurkan semua bahan, kemudian diaduk hingga merata. Tambahkan air hangat secukupnya hingga adonan menjadi liat.
Tapi ingat, jangan terlalu banyak memberi air, karena dapat mengurangi daya simpannya.
Adonan yang sudah liar bisa dicetak dengan mesin penggiling daging, sehingga menghasilkan pellet basah yang panjangnya seperti mi. Pellet yang masih basah dipotong (misalnya sepanjang 0,5 cm) sehingga membentuk butiran-butiran.
Karena masih mengandung air, pellet dijemur dulu di bawah terik matahari, sampai kering sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Sekarang pellet sudah jadi dan siap digunakan. Kalau mau dijual, masukkan ke kantong plastik dengan bobot tertentu. (Dudung AM-32)
http://suaramerdeka.com
Oleh karena itu, cacing tanah memiliki potensi baik untuk mengganti tepung ikan dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian sampai 70 persen. Meski demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas disarankan tidak lebih dari 20 % total ransum.
Pemanfaatan cacing tanah untuk ransum unggas relatif mudah. Bisa diberikan dalam bentuk segar, atau dijadikan tepung cacing untuk dicampurkan bersama bahan-bahan penyusun ransum unggas lainnya seperti jagung, dedak, konsentrat, dan sebagainya.
Pellet Ikan
Untuk membuat pellet ikan, bahan-bahan yang dipersiapkan adalah telur ayam yang telah direbus (diambil kuningnya saja), tepung kanji, terigu, dedak, dan tepung cacing. Semua bahan ditimbang, sesuai dengan analisis bahan. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah alat penggiling tepung, alat penggiling daging, dan baskom.
Sebelumnya, kita mesti mengolah dulu cacing segar menjadi tepung. Caranya, cacing segar dipisahkan dari medianya, kemudian dicuci dan dibilas dengan air bersih, serta ditimbang.
Cacing ditebar di atas seng, kemudian dijemur di bawah terik matahari selama sehari. Jika sudah kering, cacing dapat dibuat menjadi tepung dengan menggunakan penggiling tepung. Tepung cacing ditimbang dan siap digunakan.
Jika ingin membuat pellet dengan kadar protein 35%, maka formula ransumnya terdiri atas tepung cacing (47 %), telur ayam (20 %), dedak (18 %), terigu (14 %), dan kanji (1 %). Campurkan semua bahan, kemudian diaduk hingga merata. Tambahkan air hangat secukupnya hingga adonan menjadi liat.
Tapi ingat, jangan terlalu banyak memberi air, karena dapat mengurangi daya simpannya.
Adonan yang sudah liar bisa dicetak dengan mesin penggiling daging, sehingga menghasilkan pellet basah yang panjangnya seperti mi. Pellet yang masih basah dipotong (misalnya sepanjang 0,5 cm) sehingga membentuk butiran-butiran.
Karena masih mengandung air, pellet dijemur dulu di bawah terik matahari, sampai kering sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Sekarang pellet sudah jadi dan siap digunakan. Kalau mau dijual, masukkan ke kantong plastik dengan bobot tertentu. (Dudung AM-32)
http://suaramerdeka.com







